Aku terdiam beberapa saat. Aku berdiri didepan bangunan tua yang kini
semakin menampakkan berapa lama ia sudah berdiri kokoh. Aku mendekati
kursi kayu yang sudah lapuk dimakan usia dan cuaca, aku mencoba
mendudukinya tetapi kursi itu membuatku bergoyang-goyang. Beberapa tahun
yang lalu kursi ini masih dapat kududuki, hemm berapa lama kau berada
disini? Berapa lama aku telah meninggalkan tempat ini?, aku
bertanya-tanya dalam hati.
"Alice!" suaranya yang berat namun merdu berasal dari belakang kini
menghamburkan lamunanku. "hey Jake, kukira disini sudah tidak
berpenghuni, oh atau hanya kaulah makhluk satu-satunya yang masih
bertahan disini?" aku menatap matanya yang hitam kelabu. "Haha kau
memang selalu dapat membuatku tertawa, tidak aku hanya sedang
berjalan-jalan disekitar sini dan akhirnya mendapati sesosok yang pernah
aku kenal duduk melamun di sebuah kayu tua. Apa kabarmu? 10 tahun
ternyata telah mengubahmu menjadi seorang gadis yang cantik!". Aku tak
tau apakah itu sebuah pujian atau hanya sebuah ejekan yang biasa ia
lontarkan saat kami masih kecil. "Aku baik sangat baik, dan aku juga
menyadari 10 tahun itu sangat lama sampai-sampai membuat sekolah ini
terlihat tak layak pakai lagi untuk anak-anak SD!". Jake hanya terdiam,
aku menoleh untuk memastikan dia mendengarkanku tapi yang kutangkap
hanyalah sepasang mata yang kosong menghadap bangunan yang sudah tua
tersebut. "setahun sebelum kau pergi meninggalkan kota ini, saat itu
kita masih bersamanya ya" ada nada sedih dibalik kata-katanya. "Oh
sudahlah, itu sudah berlalu!". Aku tau siapa yang dimaksudkan Jake. Dia
pasti membicarakn Ben. Cowok berambut agak ikal berwarna coklat muda
dengan sepasang mata berwarna biru, sangat indah! Aku, Jake, Ben, dan
ada 3 teman kecilku lainnya yang bernama Nita, Make dan Meli dulu suka
bermain bersama, rumah kami berdekatan dan sekolah kami juga sama. Oh
sungguh aku tidak ingin membicarakannya lagi, bukan karna aku ingin
melupkannya tapi sebaliknya, ingatan itu semakin hari semakin jelas dan
membuatku semakin merasa bersalah. Hari dimana Ben meninggal. Saat itu
kami pulang dari sekolah, diperjalanan aku melihat sekelopak bunga
berwarna merah muda dengan kelopak yang sangat indah. Ben memetiknya,
dengan berlagak seolah-olah dia Romeo dan aku Juliet, dia menekuk salah
satu kakinya dan membidangkan dadanya. "Alice, bunga ini sangat cantik,
cantik sepertimu dan aku menyukai bunga ini". Kata-kata yang sampai saat
ini masih dapat aku ingat dengan jelas, lucu ya mungkin semua akan
tertawa mendengar seorang bocah berumur 9 tahun dapat mengatakan hal
yang biasa dikatakan orang dewasa. Saat itu aku sangat malu dan menutup
mukaku yang merah merona, aku menjauh dari Ben dan berlari ingin
mendekati Meli yang berada diseberang jalan sambil mentertawaiku. Aku
ingin menyebrang tanpa tau mobil pengangkut sayur berjalan dengan
kecepatan yang tinggi, teman-temanku yang lain berteriak padaku untuk
menjauh memperingatkanku namun saat aku menoleh mobil itu sudah sangat
dekat denganku. Tiba-tiba saja aku merasakan seseorang mendorongku dan
akhirnya aku mendapatkan tubuhku terjatuh dan tersungkur ditanah yang
keras, kepalaku terasa pusing. Meli memegangi tanganku untuk bangkit
tapi saat itu juga aku mendengar Nita menjerit histeris dan menangis
sambil berteriak memanggil nama Ben, disebelahnya juga terdapat Mike
yang hanya terpaku melihat tubuh kecil Ben yang tergeletak tidak berdaya
dengan berumuran darah dan....................tidak bernyawa lagi! Aku
terdiam beberapa saat, aku tau aku tau Ben tadi mendorongku untuk
menyelamatkanku! Aku tau dan....aku tidak ingin mengingat kejadian itu
lagi. "tapi ingatan itu masih sangat jelas dipikiranku! Dan kau tau
setelah kau pergi meninggalkan kota ini, Make, Meli dan Nita juga
menyusulmu pergi meninggalkan kota ini, aku tidak tau kabar mereka saat
ini karna tak ada yang kembali lagi. Haha dan aku juga terkejut
mendapatimu disini". Aku tau dibalik tawanya Jake berusaha menutupi
kesedihannya. "Aku hanya mampir sebentar, karna aku harus melanjutkan
perjalananku. Aku akan pindah ke luar negri. Aku juga tidak tau apakah
aku dapat kembali kesini lagi atau tidak". Aku berdiri dan melihat
sekolah lamaku untuk terakhir kalinya. Aku tau Jake sedang menunduk
sedih dan aku tak ingin melihat matanya karna itu hanya akan menambah
kesedihanku juga. "Yah cukuplah, aku kira aku tak akan menemukan
seorangpun disini tapi aku bertemu denganmu Jake dan itu membuatku
bahagia. Aku harus pergi jika tidak ingin ketinggalan pesawat", aku
menoleh ke arahnya dan berusaha memberikan senyuman terlebar yang dapat
aku berikan padanya. "Kukira kau dapat lebih lama disini, aku tau 10
tahun itu sangat lama dan semua orang sudah berubah dan melupakan
masa-masa yang pernah dilaluinya untuk menjadikan kenangan. Semua orang
tapi tidak untukku. Aku tidak berubah dan tak ingin berubah. Sebenarnya
setiap sore aku datang kesini dan berharap salah satu dari kalian
kembali. Terutama kau Alice. Gadis berambut dan bermata indah yang dulu
mampu membuatku selalu mencuri-curi kesempatan untuk melihatmu. Dan kini
aku dapat bertemu denganmu lagi yang sepertinya Tuhan telah
mendengarkan doaku, tapi Tuhan hanya memberikanku waktu yang singkat
untuk melihatmu lagi. Mengapa kau kembali?! Mengapa kau kembali jika kau
harus pergi secepat kau meninggalkan kota ini setelah Ben tiada?!".
Nadanya meninggi dan aku hanya terdiam. Menangis. Air mata itu mengalir
tanpa ada yang menyuruhnya untuk keluar. "Lebih baik kau tak kembali!".
Seperti sebuah pisau yang menusuk jantungku!. Keheningan kini merambat
diantaraku dan Jake. Tak ada kata yang terucap dari mulutku, padahal aku
sudah membuka mulutku. Lidahku terasa sangat pait. Dan pipiku terasa
sakit dan panas, memerah seperti seseorang telah menamparku
berulang-ulang. Aku membalikkan tubuhku dan berkata "Aku telah melupakan
segalanya." "Kau ingin melupakan segalanya? Bahkan kau ingin melupakan
Ben yang juga pernah menyelamatkanmu? Make yang selalu melindungimu?
Meli yang selalu mengelus dan mengulurkan tangan untukmu saat kau
menangis? Nita yang selalu menghibur dan memberimu segelas coklat hangat
jika melihatmu muram? Dan aku...aku yang selalu menunggumu sekian lama
ini dan..."kata-katanya terputus. Seolah-olah ia kehabisan kosakata!.
"Kau juga lebih baik belajar melupakan segalanya Jake! Tak ada yang akan
kembali lagi". Aku berlari tanpa ingin mendengarkan balasan Jake.
Inilah kota kecilku. Inilah sekolah lamaku. Dan dialah, Jake cowok manis
yang selalu membuatku gugup berada didekatnya bahkan sampai saat ini.
Namun hari ini aku berkata dalam diriku akan melupakan semuanya. Ben.
Jake. Make. Meli. Nita. Mereka hanya teman kecilku! Mungkin itulah yang
akan aku ingat sampai aku tua nanti.
Sepeninggalanku, Jake hanya beridiri mematung. Maafkan aku Jake. Tapi
aku lelah untuk selalu dirundung rasa bersalah. Semua sudah berubah. Tak
akan ada yang kembali. Ya aku yakin itu, kembali ke kota yang
meninggalkan berbagai kenangan yang hanya akan membangkitkan lagi rasa
sedih dan bersalah. Jake, kau juga harus melupakan segalanya, dan aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar