Itulah yang ingin ditunjukkan seorang kakek kepada cucunya. Seperti
halnya kakek lain di dunia ini, Daniel Gottlieb begitu bahagia menyambut
kelahiran Sam, cucu satu-satunya. “Hidupku berubah pada hari kau
dilahirkan,” katanya dalam surat pertama Daniel kepada Sam.
Rasa bahagia, cinta, haru, dan bangga berbaur menjadi satu dalam diri
Daniel meski ia hanya bisa melihat, memerhatikan, dan mengajak Sam
bermain melalui kursi rodanya. Namun, semua itu tidak menyurutkan angan
dan cita-cita Daniel untuk menjadi kakek terbaik yang dimiliki Sam.
Perhatian Daniel terhadap Sam tidak sebatas pada hal-hal kecil,
tetapi juga hal-hal detail dalam perkembangan Sam. Hingga suatu saat,
Daniel melihat ada yang tidak beres dengan Sam.
Di usianya yang ke-14 bulan, Sam belum bisa berbicara. Ia terlihat
seperti tidak menaruh perhatian kepada orang-orang di sekitarnya ketika
diajak berbicara. Saat itulah, Daniel dan kedua orangtua Sam membawanya
kepada para ahli.
Hasilnya: Sam dinyatakan memiliki gangguan perkembangan pervasif (Pervasive Development Disorder/PDD)—yang menempatkannya dalam lingkup autisme. Ya, kesempurnaan Sam, sedikit tergores dengan adanya gangguan ini.
Kekhawatiran pastinya menghinggapi pikiran orangtua dan kakek Sam.
Namun, jangan pernah ada kata menyerah ketika kita harus menjadi
berbeda. Begitu pun dengan Daniel yang tidak ingin kehilangan momen
untuk turut membesarkan Sam. Tentunya, dengan cara yang berbeda juga.
Melalui surat, Daniel mengajarkan Sam akan kehidupan. Semua tentang
cinta, kehilangan, pengorbanan, luka hati, kematian, dan anugerah hidup
tertulis lengkap penuh kasih. Daniel menunjukkan kepada Sam tentang
bagaimana menjalankan kehidupan dari sisi yang berbeda.
Melalui surat-suratnya itu, Daniel mengungkapkan bagaimana menghadapi
ketakutan, merajut impian, dan mengambil hikmah dalam setiap rencana
Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar