Antara Karla dan Will memang tidak pernah terjadi apa-apa. Mereka hanya
sepasang sahabat yang saling mengisi dan mendukung. Mereka hanyalah
sepasang teman akrab yang saling berbagi cerita dan rahasia. Namun apa
yang terjadi kemudian adalah suatu perasaan yang menyesakkan bagi Karla.
Selama ini, Will adalah satu-satunya cowok yang sangat mengenal
dirinya, meski Karla memiliki pacar bernama Alfan. Will yang selalu ada
di saat ia membutuhkan. Will yang selalu menghiburnya di kala ia sedang
kesusahan. Will yang selalu mengisi hari-hari Karla dengan cerita
tentang mimpi-mimpinya.
Meski sudah bertahun-tahun menjadi
sahabat Will, namun ternyata tidak cukup bagi Karla untuk mengenal sosok
Will yang sebenarnya. Pasca-kelulusan SMA, Karla begitu sedih karena
tidak dapat bertemu Will lagi. Will hilang entah kemana, tanpa kata atau
kabar berita.
Hal ini jelas membuat Karla terpuruk. Seharusnya
ia menyadari perasaan lain yang perlahan muncul di hatinya. Seharusnya
ia mengikuti kata hatinya untuk terus mencari Will. Dan, seharusnya ia
selalu berada di sisi Will apa pun keadaannya.
Saat ini, Will
berada di hadapannya. Di sebuah penjara di Amerika. Sikap dan
perilakunya masih sama seperti saat ia mengenalnya sejak di bangku
sekolah. Will yang sedari dulu mencintai fisika. Will yang sedari dulu
bercita-cita untuk menciptakan reaktor nuklir sendiri. Namun apa yang
membuatnya sampai ke hotel prodeo ini? Apa yang membuatnya tetap tenang
meski saat ini ia sedang dihadapkan pada kenyataan antara hidup dan
mati?
Entah sejak kapan, Karla mulai mencintainya. Yang ia tahu,
ia tidak akan sanggup hidup tanpa Will. Yang ia sadari, ia begitu
merindukan Will saat jauh darinya. Namun sekali lagi, apa yang mengubah
Will hingga seperti ini?
Penyesalan memang selalu datang
belakangan. Karla pun menyadari semua itu, meski pada akhirnya Karla
juga mengetahui apa yang dirasakan Will terhadapnya. Sayang, semua itu
sudah terlambat. Kematian akan segera menjemput kekasih hati Karla.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar