Minggu, 18 Agustus 2013

The Way We Were

the-way-we-wereCinta pada pandangan pertama. Itulah yang Oka rasakan sejak kali pertama ia melihat Laut. Bukan karena parasnya yang cantik atau senyumnya yang menawan. Tetapi karena galaknya tatapan mata gadis bernama lengkap Laut Senja itu. Nasib seolah mendengarkan isi hati Oka. Ia berhasil menyelamatkan dompet Laut yang dicuri meski ia sendiri harus babak belur demi menyelamatkan dompet tersebut. Sejak kejadian itu, hubungan antara Oka dan Laut pun kian dekat.
Sayangnya, belakangan ini Oka sering mendapati ekspresi muka Laut yang penuh kesedihan. Bak dalamnya lautan, Oka pun tidak bisa menakar perasaan Laut saat itu. Di satu sisi, Oka melihat gadis itu menangis. Namun selang beberapa detik kemudian, senyuman di bibir Laut kembali mengembang seolah tak ada bekas-bekas kesedihan di sana.
Semua yang berkaitan dengan Laut—apa dan bagaimana pun keadaannya—membuat Oka semakin jatuh hati padanya. Namun, sampai kapan Oka akan menyimpan perasaan itu sendirian? Tentu, segala sesuatunya akan terasa kurang saat kita tak dapat merengkuh orang yang kita cintai saat ia membutuhkan tempat untuk bersandar, kan?
The Way We Were, sebuah novel karya Sky Nakayama, mengisahkan tentang kisah cinta seorang lelaki yang sebelumnya merasa pesimis akan cinta itu sendiri dan seorang gadis yang mencoba mencari makna cinta di balik perceraian kedua orangtuanya.
Novel terbitan GagasMedia ini begitu penuh dengan konflik, sekaligus menghangatkan hati. Selain cinta dan persahabatan yang kental, kamu juga akan merasakan sepinya kesendirian, sakitnya pengkhianatan, dan pahitnya kejujuran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar