Jumat, 11 Januari 2013

Kembali Untuk Pergi

Aku terdiam beberapa saat. Aku berdiri didepan bangunan tua yang kini semakin menampakkan berapa lama ia sudah berdiri kokoh. Aku mendekati kursi kayu yang sudah lapuk dimakan usia dan cuaca, aku mencoba mendudukinya tetapi kursi itu membuatku bergoyang-goyang. Beberapa tahun yang lalu kursi ini masih dapat kududuki, hemm berapa lama kau berada disini? Berapa lama aku telah meninggalkan tempat ini?, aku bertanya-tanya dalam hati.
"Alice!" suaranya yang berat namun merdu berasal dari belakang kini menghamburkan lamunanku. "hey Jake, kukira disini sudah tidak berpenghuni, oh atau hanya kaulah makhluk satu-satunya yang masih bertahan disini?" aku menatap matanya yang hitam kelabu. "Haha kau memang selalu dapat membuatku tertawa, tidak aku hanya sedang berjalan-jalan disekitar sini dan akhirnya mendapati sesosok yang pernah aku kenal duduk melamun di sebuah kayu tua. Apa kabarmu? 10 tahun ternyata telah mengubahmu menjadi seorang gadis yang cantik!". Aku tak tau apakah itu sebuah pujian atau hanya sebuah ejekan yang biasa ia lontarkan saat kami masih kecil. "Aku baik sangat baik, dan aku juga menyadari 10 tahun itu sangat lama sampai-sampai membuat sekolah ini terlihat tak layak pakai lagi untuk anak-anak SD!". Jake hanya terdiam, aku menoleh untuk memastikan dia mendengarkanku tapi yang kutangkap hanyalah sepasang mata yang kosong menghadap bangunan yang sudah tua tersebut. "setahun sebelum kau pergi meninggalkan kota ini, saat itu kita masih bersamanya ya" ada nada sedih dibalik kata-katanya. "Oh sudahlah, itu sudah berlalu!". Aku tau siapa yang dimaksudkan Jake. Dia pasti membicarakn Ben. Cowok berambut agak ikal berwarna coklat muda dengan sepasang mata berwarna biru, sangat indah! Aku, Jake, Ben, dan ada 3 teman kecilku lainnya yang bernama Nita, Make dan Meli dulu suka bermain bersama, rumah kami berdekatan dan sekolah kami juga sama. Oh sungguh aku tidak ingin membicarakannya lagi, bukan karna aku ingin melupkannya tapi sebaliknya, ingatan itu semakin hari semakin jelas dan membuatku semakin merasa bersalah. Hari dimana Ben meninggal. Saat itu kami pulang dari sekolah, diperjalanan aku melihat sekelopak bunga berwarna merah muda dengan kelopak yang sangat indah. Ben memetiknya, dengan berlagak seolah-olah dia Romeo dan aku Juliet, dia menekuk salah satu kakinya dan membidangkan dadanya. "Alice, bunga ini sangat cantik, cantik sepertimu dan aku menyukai bunga ini". Kata-kata yang sampai saat ini masih dapat aku ingat dengan jelas, lucu ya mungkin semua akan tertawa mendengar seorang bocah berumur 9 tahun dapat mengatakan hal yang biasa dikatakan orang dewasa. Saat itu aku sangat malu dan menutup mukaku yang merah merona, aku menjauh dari Ben dan  berlari ingin mendekati Meli yang berada diseberang jalan sambil mentertawaiku. Aku ingin menyebrang tanpa tau mobil pengangkut sayur berjalan dengan kecepatan yang tinggi, teman-temanku yang lain berteriak padaku untuk menjauh memperingatkanku namun saat aku menoleh mobil itu sudah sangat dekat denganku. Tiba-tiba saja aku merasakan seseorang mendorongku dan akhirnya aku mendapatkan tubuhku terjatuh dan tersungkur ditanah yang keras, kepalaku terasa pusing. Meli memegangi tanganku untuk bangkit tapi saat itu juga aku mendengar Nita menjerit histeris dan menangis sambil berteriak memanggil nama Ben, disebelahnya juga terdapat Mike yang hanya terpaku melihat tubuh kecil Ben yang tergeletak tidak berdaya dengan berumuran darah dan....................tidak bernyawa lagi! Aku terdiam beberapa saat, aku tau aku tau Ben tadi mendorongku untuk menyelamatkanku! Aku tau dan....aku tidak ingin mengingat kejadian itu lagi. "tapi ingatan itu masih sangat jelas dipikiranku! Dan kau tau setelah kau pergi meninggalkan kota ini, Make, Meli dan Nita juga menyusulmu pergi meninggalkan kota ini, aku tidak tau kabar mereka saat ini karna tak ada yang kembali lagi. Haha dan aku juga terkejut mendapatimu disini". Aku tau dibalik tawanya Jake berusaha menutupi kesedihannya. "Aku hanya mampir sebentar, karna aku harus melanjutkan perjalananku. Aku akan pindah ke luar negri. Aku juga tidak tau apakah aku dapat kembali kesini lagi atau tidak". Aku berdiri dan melihat sekolah lamaku untuk terakhir kalinya. Aku tau Jake sedang menunduk sedih dan aku tak ingin melihat matanya karna itu hanya akan menambah kesedihanku juga. "Yah cukuplah, aku kira aku tak akan menemukan seorangpun disini tapi aku bertemu denganmu Jake dan itu membuatku bahagia. Aku harus pergi jika tidak ingin ketinggalan pesawat", aku menoleh ke arahnya dan berusaha memberikan senyuman terlebar yang dapat aku berikan padanya. "Kukira kau dapat lebih lama disini, aku tau 10 tahun itu sangat lama dan semua orang sudah berubah dan melupakan masa-masa yang pernah dilaluinya untuk menjadikan kenangan. Semua orang tapi tidak untukku. Aku tidak berubah dan tak ingin berubah. Sebenarnya setiap sore aku datang kesini dan berharap salah satu dari kalian kembali. Terutama kau Alice. Gadis berambut dan bermata indah yang dulu mampu membuatku selalu mencuri-curi kesempatan untuk melihatmu. Dan kini aku dapat bertemu denganmu lagi yang sepertinya Tuhan telah mendengarkan doaku, tapi Tuhan hanya memberikanku waktu yang singkat untuk melihatmu lagi. Mengapa kau kembali?! Mengapa kau kembali jika kau harus pergi secepat kau meninggalkan kota ini setelah Ben tiada?!". Nadanya meninggi dan aku hanya terdiam. Menangis. Air mata itu mengalir tanpa ada yang menyuruhnya untuk keluar. "Lebih baik kau tak kembali!". Seperti sebuah pisau yang menusuk jantungku!. Keheningan kini merambat diantaraku dan Jake. Tak ada kata yang terucap dari mulutku, padahal aku sudah membuka mulutku. Lidahku terasa sangat pait. Dan pipiku terasa sakit dan panas, memerah seperti seseorang telah menamparku berulang-ulang. Aku membalikkan tubuhku dan berkata "Aku telah melupakan segalanya." "Kau ingin melupakan segalanya? Bahkan kau ingin melupakan Ben yang juga pernah menyelamatkanmu? Make yang selalu melindungimu? Meli yang selalu mengelus dan mengulurkan tangan untukmu saat kau menangis? Nita yang selalu menghibur dan memberimu segelas coklat hangat jika melihatmu muram? Dan aku...aku yang selalu menunggumu sekian lama ini dan..."kata-katanya terputus. Seolah-olah ia kehabisan kosakata!. "Kau juga lebih baik belajar melupakan segalanya Jake! Tak ada yang akan kembali lagi". Aku berlari tanpa ingin mendengarkan balasan Jake. Inilah kota kecilku. Inilah sekolah lamaku. Dan dialah, Jake cowok manis yang selalu membuatku gugup berada didekatnya bahkan sampai saat ini. Namun hari ini aku berkata dalam diriku akan melupakan semuanya. Ben. Jake. Make. Meli. Nita. Mereka hanya teman kecilku! Mungkin itulah yang akan aku ingat sampai aku tua nanti.
Sepeninggalanku, Jake hanya beridiri mematung. Maafkan aku Jake. Tapi aku lelah untuk selalu dirundung rasa bersalah. Semua sudah berubah. Tak akan ada yang kembali. Ya aku yakin itu, kembali ke kota yang meninggalkan berbagai kenangan yang hanya akan membangkitkan lagi rasa sedih dan bersalah. Jake, kau juga harus melupakan segalanya, dan aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar